Rabu, 10 Maret 2010

ANTROPOLOGI : ILMU MANUSIA

1. Pengertian Antropologi
Secara harfiah antropologi adalah ilmu (logos) tentang manusia (antropos). Definisi demikian tentu kurang jelas, karena dengan definisi seperti itu antropologi mencakup banyak disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi, ilmu polotik, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, biologi manusia dan bahkan humaniora, filsafat dan sastra yang semuanya mempelajari atau berkenaan dengan manusia. Sudah tentu hal ini tidak benar, palagi disiplin-disiplin ilmu lain tersebut justru sudah berkembang jauh lebih tua dari pada antropologi. Oleh karena itu pasti ada sesuatu yang khusus tentang manusia yang menjadi pusat perhatian antropologi.
Sayang bidang permasalahan yang khusus dipelajari oleh antropologi tidak jelas batasnya, karena terlalu cepatnya pemisahan ilmu-ilmu cabang antropologi yang sangat berlainan bidang permasalahan yang dipelajari. Akibatnya tidak ada satupun definisi umum yang dapat disepakati oleh semua ilmuwan antropologi.
Salah satu karakteristik yang paling banyak mendapat perhatian dalam antropologi adalah hubungan antara kebudayaan dan ciri-ciri biologis manusia. Masa ketergantungan manusia pada pengangkutan jalan kaki, ukuran otakyang besar, dan kemampuan menggunakan simbol-simbol adalah contoh beberapa ciri biologis yang memungkinkan mereka menciptakan dan mendapatkan kebudayaan.
Untuk membantu mahasiswa dalam pelajaran awal, dapat dipergunakan rangkuman sebagai berikut: antropologi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik hidup manusia dengan naberorientasi pada kebudayaan yang dihubungkan dengan ciri-ciri sosio-psikologi atau ciri-ciri biologis, melalui pendekatan yang holistik yaitu pendekatan dengan cara melihat atau memandang sesuatu sebagai suatu kebulatan yang utuh atau holistik.

2. Bidang Kajian Antropologi
Sub-sub bidang kajian antropologi dapat dikategorisasi menurut dua cara, yakni menurut masalah yang dipelajari (budaya dan fisikal) dan menurut kurun waktu terjadinya fenomena yang dipelajari (lampau dan sekarang). Sub-sub bidang kajian antropologi dan cabang ilmu yang mempeljarinya menurut Stanley Wahburn, yaitu :
a. Antropologi ragawi
Mempelajari tentang evolusi manusia dan hubungan dengan hewan lain, khususnya primat, pada hakikatnya lebih dekat kepada biologi dari pada ilmu sosial. Namun demikian, para ilmuan antropologi budaya tergantung pada informasi dari ilmuwan ragawi mengenai unsur-unsur biologis yang unik pada manusia yang esensial dalam pembentukan kebudayaan. Sebaliknya para ilmuwan antropologi ragawi juga sangat tertarik pada ras manusia. Mereka mempergunakan berbagai konsep budaya untuk klasifikasi ras manusia.
b. Antropologi budaya dan sosial
Antropologi budaya mempelajari keseluruhan kebudayaan termasuk perubahan, akulturasi dan difusi kebudayaan sebaliknya konsep kunci dalam antropologi sosial adalah struktur sosial, bukan kebudayaan. Antropologi budaya memfokuskan diri pada pelacakan sejarahdari unsur-unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial memfokuskan pada pencarian hukum-hukum dan generalisasi tentang lembaga-lembaga sosial. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa antropologi budaya lebih bersifat deskriptif historik, sedangkan antropologi sosial lebih bersifat eksplanatori.
c. Etnografi, etnologi, dan linguistik
Adalah 3 sub-bidang antropologi yang sangat berdekatan satu dengan lainnya. Etnografi adalah sub-bidang antropologi yang mendeskripsikan secara akurat kebudayaan-kebudayaan yang masih hidup sekarang. Etnologi menaruh perhatian untuk membanding-bandingkan dan menjelaskan kesamaan dan perbedaan antar sistem kebudayaan. Linguistik dikhususkan untuk mendeskripsi dan menganalisis bahasa-bahasayang dipergunakan dalam berbagai kebudayaan.
d. Arkheologi atau prahistori
Adalah sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat yang tak punya sejarah tertulis dengan cara menggali”artifact” (objek yang berupa benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.

3. Pendekatan dalam Antropologi
Studi kebudayaan adalh sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama antropologi adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3 macam pendekat utamayang biasa dipergunakan oleh para ilmuwan antropologi.
a. Pendekatan holistik
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisahdari keutuhan tersebut. Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi, ekonomi , teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus memahami dengan baik semua lembaga (institusi)lain dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Pendekatan komparatif
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam antropologi untuk mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ilmuwan antropologi paling sering mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di sebanyak mungkin daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan kebudayaan masyarakat-masyarakat kecilyang relatif homogen dari pada masyarakat-masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para ilmuwan antropologi.
c. Pendekatan historik
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik mempunyai arti yang sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada asal-usul historik dari unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.


4. Metodologi dalam Antropologi
Banyak metode yang dipergunakan oleh ilmuwan antropologi untuk mengembangkan aturan konsep, generalisasi, dan teori, tetapi baru beberapa yang telah mempunyai aturan konsep, baku, sedangkan yang lainnya lebih bersifat tradisi-tradisi khusus.

a. kelangkaan metode yang baku
Antropologi adalah ilmu yang relatif masih muda, sehingga belum berhasil mengembangkan metode-metode penelitian yang jelas dan sistematik. Dalam tulisan-tulisan etnografis dapat dilihat terlalu sedikitnya perhatian para penulis pada metode penelitian.
b. ’Participant observation”
Jika seorang ilmuwan antropologi sedang melakukan penelitian tentang suatu kebudayaan, maka ia hidup bersama orang-orang pemilik kebudayaan tersebut, memelajari bahasa mereka, ikut aktif ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari masyarakat (komunitas) tersebut.
c. ”Indepth interview”
Wawancara mendalam (indepth interview) biasanya dipergunakan bersama-sama (kombinasi) dengan observasi mendalam berperanserta. Wawancara dilakukan secara informal dan non-sistematik. Jika ilmuwan sosiologi memilih secara acak (random) subyekyang diwawancarai, maka ilmuwan antropologi mewawancarai orang-orang yang telah kenal baik dan mempercayainya, atau oran-orang yang ia pandang dapat memberikan informasi yang akurat dan rinci tentang berbagai aspek kebudayaan yang diteliti.

d. Upaya memperkecil kesalahan
Informasi yang ia peroleh dari berbagai subyek seringkali berbeda-beda atau bahkan saling bertentangan. Para ilmuwan antropologi berusaha meminimalkan kesalahan pada data mereka dengan jalan mengulang-ulang observasi atau wawancara, dan dengan melakukan ’cross-check’ dengan informanlain apabila mereka menemukan informasi yang bertentangan.

e. Kecendrungan menggunakan metode tradisional
Para ilmuwan antropologi hanya sedikit menggunakan kuesioner tertulis, terutama karena sebagian besar subjek mereka buta aksara. Walaupun para ilmuwan antropologi semakin banyak mempelajari kelompok-kelompok masyarakat modern, tetapi mereka cenderung tetap menggunakan metode-metode antropologi tradisional.


5. Konsep-konsep dalam Antropologi
a. Kebudayaan (culture)
Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada tiap disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan menurut versi yang berbeda-beda. Kebudayaan adalah konsep yang paling esensial dalam antropologi budaya dan semua konsep-konsep yang lain dalam antropologi budaya pasti berkaitan dengan kebudayaan. Oleh karena itu konsep kebudayaan perlu mendapat perhatian khusus.
b. Unsur kebudayaan
Satuan terkecil dalam suatu kebudayaan disebut unsur kebudayaan atau ”trait”. Unsur-unsur kebudayaan mungkin terdiri dari pola tingkah laku atau artefak. Tiap kebudayaan mungkin terdiri dari gabungan antara unsur-unsur yang dipinjam dari masyarakat lain dan yang ditemukan sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan.
c. Kompleks kebudayaan
Seperangkat unsur kebudayaan yang mempunyai keterkaitan fungsional satu dengan lainnya disebut kompleks kebudayaan. Sistem perkawinan pada masyarakat indonesia adalah sebuah contoh kompleks kebudayaan.
d. Enkultrasi
Adalah proses dimana individu belajar untuk berperan serta dalam kebudayaan masyarakatnya sendiri.
e. Daerah kebudayaan (culture area)
Adalah suatu wilayah geografis yang penduduknya berbagi (sharing) unsur-unsur dan kompleks-kompleks kebudayaan tertentu yang sama.
f. Difusi kebudayaan
Adalah proses tersebarnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah kebudayaan ke daerah kebudayaan lain.
g. Akulturasi
Adalah pertukaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi selama dua kebudayaan yang berbeda saling kontak secara terus –menerus dalam waktu yang panjang.
h. Etnosentrisme
Adalah sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung beranggapan bahwa kebudayaan sendiri lebih unggul dari pada semua kebudayaan yang lain.
i. Tradisi
Pada tiap masyarakat selalu terdapat sejumlah tingkah laku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan ddalam kurun waktu yang panjang disebut dengan tradisi
j. Relativitas kebudayaan
Tiap kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang unik, yang tidak terdapat pada kebudayaan lainnya, maka apa yang dipandang sebagai tingkah laku normal dalam kebudayaan mungkin dipandang abnormal dalam kebudayaan yang lain.
k. Ras dan kelompok etnik
Ras dan etnik adalh dua konsep yang berbeda, tetapi sering dikacaukan penggunaannya. Ras adalah sekelompok orang yang kesamaan dalam unsur biologis atau suatu populasi yang memiliki kesamaan unsur-unsur fisikal yang khas yang disebabkan oleh keturunan (genitik) sedangkan etnik adalah sekumpulan individu yang merasa sebagai satu kelompok karena kesamaan identitas, nilai-nilai sosial yang dijunjung bersama, pola tingkah laku yang sama, dan unsur-unsur budaya lainnya yang secara nyata berbeda dibandingkan kelompok-kelompok lainnya.


6. Generalisasi dalam Antropologi
Kebanyakan generalisasi dalam antropologi didasarkan pada hasil studi terhadap sampel-sampel lintas budaya (cross-cultural samples) dan berkenaan dengan konsep paling esensial, ialah kebudayaan. Ada pula sejumlah generalisasi lintas-disiplin karena ilmuwan antropologi mempelajari banyak masalah yang juga menjadi pusat perhatian para ilmuwan lain.

7. Teori dalam Antropologi
a. Teori Evolusi Deterministrik
Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Menurut teori ini setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah pasti.
b. Teori Partikularisme
Pada awal abad ke-20 berakhirlah kejayaan teori evolusionisme dan berkembanglah pemikiran yang menentang teori tersebut. Pemikiran baru tersebut dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang kemudian disebut teori partikularisme historik. Boas tidak setuju dengan teori evolusi dalam hal asumsi tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan manusia. Ia menunjukkan betapa sangat kompleksnya variasi kebudayaan, dan percaya bahwa terlalu prematur merumuskan teori yang universal.
c. Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Selasa, 02 Maret 2010

PERTANIAN DI MASA DEPAN

I. Pendahuluan

Sejak zaman dahulu manusia selalu tertarik untuk mengetahui kehidupan yang akan datang. Berbagai macam usaha dilaksanakan oleh manusia untuk mewujudkan keinginan mengetahu nasib dan kehidupan di masa yang akan datang. Usaha manusia untuk mengetahui masa depan tersebut coba dijelajahi oleh alam pikiran manusia baik secara ilmiah maupun tidak ilmiah. Pengetahuan terhadap masa depan menjadi penting bagi manusia, karena sifat keingin tahuan akan perubahan yang akan terjadi. Manusia dengan segala kemampuaannya untuk beradaptasi tentu akan menggunakan kemampuan untuk memprediksi masa depannya untuk fungsi adaptasi tersebut.

Adaptasi untuk mengatasi berbagai macam perubahan di masa yang akan datang juga diperlukan pada bidang pertanian. Bidang pertanian telah banyak berubah seiring dengan perubahan teknologi yang telah terjadi. Semenjak penggunaak hasil teknologi baik pada alat pertanian maupun input budidaya pertanian seperti benih unggul telah banyak merubah wajah pertanian di dunia. Penemuan benih padi seperti IR, Membramo dll merupakan hasil rekayasa teknologi yang merupakan jawaban bidang pertanian atas tuntutan perubahan zaman. Pertanian modern juga telah menolak teori terkemuka dari Malthus yang menyatakan bahwa manusia akan bertambah sesuai derey hitung sedangkan bahan makanan akab bertambah sesuai deret ukur. Malthus saat itu melupakan faktor teknologi yang ternyata membuat pertanian samapai saat ini masih mampu untuk menyediakan tidak hanya bahan makanan tetapi juga raw material untuk sektor industri.

Lalu, seperti apakah gambaran dunia pertanian di masa yang akan datang? Masihkah sektor pertanian menjawab tantangan zaman untuk memenuhi bahan makanan untuk manusia di muka planet bumi ini yang diperkirakan akan berjumlah 50 miliar pada tahun 2050 nanti? Atau manusia akan kekurangan bahan makanan dan bahan baku alam untuk memenuhi kebutuhannya.

II. Kondisi Masyarakat Di masa Yang Akan Datang

Salah satu faktor yang akan memperngaruhi perubahan pada kondisi masyarakat di masa yang akan datang adalah berkembang pesatnya teknologi telekomunikasi dan informasi. Teknologi komunikasi dan informasi seperti internet, televisi, telepon akan banyak merubah kondisi sosial, ekonomi, budaya bahkan komposisi geografis umat manusia. Teknologi komunikasi dan informasi juga menyebabkan semakin mengglobalnya dunia, sehingga saat ini seluruh dunia dapat dilihat dan dirasakan kehadirannya di depan meja kerja, ruang tamu dan sangat dekat dengan kehidupan manusia.

Perubahan teknologi juga menyebabkan berubahnya kondisi sosial budaya manusia. Saat ini dengan kehadiran teknogi terjadi kesadaran bersama akan kondisi antar umat manusia di berbagai belahan dunia. Isu-isu yang selama ini menjadi milik kawasan tertentu atau regional seperti perang di Timur Tengah, perganitan rezim kepemimpinan di Kuba, hingga Pemilihan Presiden di Amerika dapat dirasakan keberadaanya hingga ke seluruh dunia.

Kemajuan teknologi juga membuat ekonomi dan kondisi geografis masyarakat berubah. Semakin meningkatnya aktivitas ekonomi di perkotaan juga mendorong terjadinya urbanisasi yang cukup besar di berbagai negara. Sehingga suatu saat komposisi penduduk akan bergeser dari pedesan menuju perkotaan. Kemajuan teknologi informasi juga membuat transakasi ekonomi di dunia maya semakin besar dan diramalkan akan semakin besar setiap tahunnya.

III. Pertanian Di Masa Depan

Sebagai salah satu dari hasil peradaban manusia, pertanian juga mengalami banyak perubahan. Di awali dengan munculnya teknik bercocok tanam dari ladang berpindah, ditemukannya irigasi hingga saat ini ditemukannya bibit dengan hasil teknologi rekayasa genetika. Saat ini sudah banyak bermunculan riset mengenai bioteknologi terutama untuk menghasilkan benih genetically modified organism (GMO). GMO sendiri merupakan salah satu terobosan dalam bidang sains untuk bidang pertanian. Teknologi GMO atau dalam beberapa hal disebut transgenik tidak hanya dapat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi produktivitasnya namun juga kebal terhadap hama penyakit, memiliki rasa yang dapat dimodifikasi dll. Walaupun sampai saat ini masih banyak perdebatan panjang mengenai teknologi ini, namun ke depan teknologi GMO akan semakin berkembang. Saat ini saja mayoritas petani kedelai di Amerika Serikat pengguna benih tanaman kedelai hasil GMO. Perdebatan panjang mengenai tanaman GMO adalah adanya kemungkinan bahwa tanaman tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker bagi manusia.

Teknologi bio dalam hal kloning juga akan semakin berkembang. Hal ini menjadikan dunia peternakan menjadi berevolusi menggunakan teknologi tersebut. Petani / peternak di masa yang akan datang, tidak harus mengembangkan hewan piaraannya dengan cara yang konvensional seperti saat ini. Peternak dapat menghasilkan ternak maupun produk turunannya seperti susu dengan baik dan berkualitas seragam karena pemakaian teknologi kloning tersebut.

Pertanian di masa yang akan datang juga akan semakin dirumitkan dengan adanya penyusutan lahan pertanian akibat konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Koversi lahan adalah suatu hal yang tak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu, di masa yang akan datang akan muncul teknik pertanian dengan cara vertikal dengan menggunakan semacam gedung-gedung layaknya gedung bertingkat. Suatu saat lahan pertanian akan dibangun ke atas dan mengingatkan manusia akan taman-taman bergantung dari Babylonia. Penggunaan konsep pertanian secara vertikal merupakan konsukensi logis akan adanya pertambahan penduduk yang semakin menyita lahan pertanian.

Di masa depan, pertanian juga akan berkembang menggunakan teknologi informasi. Informasi mengenai cuaca dan iklim serta harga pasar dapat diterima petani secara real time di rumah maupun di lahan pertanian secara langsung. Instansi pemerintah dapat langsung mengirim informasi tentang kondisi dan pantauan panen tiap daerah, kegagalan panen, iklim, arus barang melalui pantauan satelit dan hasilnya langsung dapat diterima oleh petani di rumah maupun di lahan pertanian. Pertanian sebagaimana sektor yang lain akan semakin menglobal menyebabkan persaingan yang semakin terbuka antar petani di setiap negara di dunia.

Pertanian di masa yang akan datang juga akan mampu menjadi alternatif bahan bakar bagi umat manusia. Saat ini telah banyak dikembangkan teknologi biodiesel yang berasal dari tanaman. Teknologi GMO juga pada akhirnya akan mendukung revolusi pennggunaan bahan bakar nabati tersebut dengan menciptakan varoets baru yang dapat tumbuh dengan cepat dan mengabaikan produk pertanian yang aman dikonsumsi. Hal tersebut wajar karena di masa yang akan datang akan muncul varietas tanaman baru dari spesies yang sama, semisal kedelai atau jagung yang berbeda fungsi. Yakni tanaman pangan yang digunakan untuk bahan makanan manusia dengan mengindahkan nilai-nilai keamanan pangan. Dan tanaman pangan yang berfungsi sebagai bahan bakar dengan tingkat produktivitas, rasa serta keamanan pangan yang dapat diabaikan untuk menyuplai kebutuhan bahan bakar nabati.


IV. Penutup

Pertanian sebagaimana bidang yang lain akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Pertanian berkembang dengan cepat saat terjadinya revolusi hijau dan meruntuhkan teori kependudukan dari Malthus. Penggunaan teknologi maju di masa yang akan datang akan semakin berkembang bahkan melebihi yang terjadi saat ini. Bahkan suatu saat dimungkinkan bahwa para petani tidak akan perlu lagi turun ke lahan pertanian, karena saat itu lahan pertanian telah dikelola oleh robot-robot dan mesin-mesin mekanis yang dijalankan secara otomatis. Dan para petani akan benar-benar menjadi tuan tanah dengan para pekerja robot-robot yang dengan mudah dikendalikannya.