Rabu, 03 Februari 2010

Pertanian kalbar

PERTANIAN

Sektor pertanian, khususnya bagi daerah Kalbar, sampai saat ini ternyata masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya. [lihat grafik produksi padi]

6.1. Tanaman Pangan

Tidak berbeda jauh dengan tahun 2004 beberapa Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Barat tahun 2005 beberapa komoditi mengalami penurunan produksi seperti padi sawah, kacang hijau, dan beberapa sayuran (tabel 6.1.1-6.1.5). Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu.

Pertanian tanaman padi misalnya, pada tahun 2005 didominasi produksi dari Kab. Sambas, Kab. Pontianak dan Kab. Landak yang mencapai 58,10 persen dari total produksi propinsi sebesar 1.023.684 ton (tabel 6.1.3). Produktivitas padi pada tahun 2005 ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2004, yaitu dari 2,904 ton perhektar menjadi 2,906 ton perhektar, jika dilihat dari jenis padi, produktivitas meningkat tetapi terjadi penurunan luas panen, sehingga menyebabkan turunnya jumlah produksi padi sawah. Sedangkan padi ladang selain produktivitas meningkat juga terjadi peningkatan luas panen, yang mempengaruhi meningkatnya jumlah produksi.

Untuk tanaman palawija, produksi jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang yaitu 77,28 persen dari total produksi Kalimantan Barat sebesar 127 660 ton atau naik 24,46 persen dari tahun 2004. Sedangkan untuk ubi kayu naik 15,79 persen dengan produksi terbesar dari Kabupaten Landak yaitu 37,37 persen dari 233.337 ton produksi ubi kayu Kalimantan Barat.

Untuk ubi jalar produksi terbesar adalah Kabupaten Pontianak yaitu 42,40 persen. Sementara produksi Kacang Tanah terbesar Kabupaten Landak sebesar 29,29 persen. Kacang Kedelai dan Kacang hijau didominasi oleh Kabupaten Sambas yaitu masing-masing 53,49 persen dan 52,15 persen.

Sub sektor Pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat tahun 2005 umumnya mengalami peningkatan dibanding tahun 2004. Untuk sayur-sayuran sebagian besar terjadi penurunan luas panen, yang otomatis terjadi penurunan produksi, seperti kacang panjang, terung, kangkung, bawang daun, tomat, dan buncis, kecuali pada cabe dan bayam.
Untuk buah-buahan hampir seluruh komoditi mengalami peningkatan produktivitas, yang sangat drastis yaitu Nanas dan jeruk (tabel_6.1.6). Produksi buah-buahan di Kalimantan Barat cukup tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di beberapa Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, mangga di Kabupaten Ketapang, nenas dan pisang di Kabupaten Pontianak.

6.2. Perkebunan

Data yang disajikan pada sub bab ini adalah data tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha/hukum di atas tanah negara dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Di luar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.

Berdasarkan data yang dikirim oleh Dinas Perkebunan propinsi, dari beberapa jenis tanaman yang diusahakan oleh perkebunan besar (diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya kelapa sawit yang sudah beroperasi secara konsisten.

Untuk komoditi kelapa sawit khusus perkebunan besar selama kurun waktu 2003-2005 luas tanaman trendnya mengalami kenaikan, tahun 2005 naik 4,33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan produksinya naik 35,34 persen, hal ini disebabkan tanaman yang tahun sebelumnya belum produksi tahun 2005 mulai produksi. Tetapi untuk perkebunan rakyat pertumbuhan luas tanam dan produksi hanya sebesar 3,25 persen dan 2,89 persen. Perbandingan produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat tahun 2005 yaitu 2,22 ton per Ha berbanding 1,69 ton per Ha.

Penurunan produksi juga terjadi pada tanaman karet dari 4.817 ton tahun 2001 menjadi 4.012 ton tahun 2002, atau turun sebesar 16,71 persen. Sementara itu, produksi kelapa hybrida sampai saat ini hanya untuk memenuhi kebutuhan bibit yang selanjutnya akan dikembangkan.

Penghasil kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Sanggau yang mencapai 171.472 ton atau 40,05 persen dari total produksi Kalimantan Barat. Persentase ini menurun disbanding tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan kabupaten lain juga mulai menanam/memproduksi kalapa sawit.

Luas tanam dan produksi tanaman karet tahun 2005 mengalami kenaikan Masing-masing sebesar 2,14 persen dan 12,44 persen dengan produktivitas 0,47 ton per Ha. Sementara itu, produksi kelapa hybrida juga meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 61,31 persen.

Selengkapnya lihat pada tabel_6.2.1 - tabel 6.2.2.

6.3. Peternakan

Data yang disajikan dalam sub bab ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehewanan dan Peternakan. Pada tabel 6.3.1. terlihat bahwa tahun 2005 untuk golongan ternak besar, sapi tercatat sebanyak 158.791 ekor sedangkan kerbau sebanyak 4.185 ekor. Golongan ternak kecil kecil (tabel_6.3.2), yang terbanyak adalah babi yaitu 372.172 ekor, sedangkan kambing tercatat 106.814 ekor.

Untuk perkembangan ternak unggas (tabel_6.3.3), Ternak Ayam Petelur dan Ayam Ras meningkat masing-masing sebesar 6,08 persen dan 4,54 persen, dan Itik naik 6,60 persen, sedangkan ayam Buras mengalami penurunan kurang lebih 4 persen..

Produksi daging yang berasal dari pemotongan ternak untuk tahun 2005 untuk daging sapi adalah sebesar 4.798 ton, sedangkan daging babi mencapai 5.775 ton masing-masing mengalami peningkatan 11,11 persen dan 39,90 persen, dan kambing mencapai 280 ton turun sangat drastic yaitu 74 persen dibanding tahun sebelumnya.

Kebanyakan produksi daging berasal dari Kota Pontianak, meskipun demikian produksi daging dari ayam buras dan itik/bebek/itik manila terlihat lebih merata di semua kabupaten/kota.

Produksi telur pada tahun 2005 mencapai 1.856 ton atau turun 3.88 persen untuk ayam buras, 16.335 ton untuk ayam ras petelur dan 1.597 ton untuk itik/bebek/itik manila, masing-masing naik 0,7 persen dan turun 5,01 persen.

6.4. Perikanan

Secara geografis, potensi Kalbar di bidang perikanan cukup prospektif, baik perikanan laut maupun perairan umum. Jumlah rumahtangga perikanan pada tahun 2005 untuk perikanan laut dan perairan umum mengalami penurunan, sebaliknya perikanan budidaya meningkat cukup signifikan yaitu 61,82 persen dari tahun sebelumnya, dari 8.971 rumah tangga tahun 2004 menjadi 14.517 rumah tangga di tahun 2005 (tabel_6.4.1). Untuk rumahtangga perairan laut dan peraian umum tahun 2004 masing-masing dari jumlah 8.008 rumahtangga dan 6.472 rumahtangga turun menjadi 7.422 ruta dan 4.928 ruta pada tahun 2005.

Sedangkan produksi perikanan untuk tahun 2005 perairan laut menunjukkan penurunan disebabkan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sedangkan perairan umum maupun budidaya perikanan menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu 44,34 persen dan 77,14 persen. Untuk produksi perikanan laut turun sebesar 6,98 persen, Walaupun penurunan produksi perikanan laut lebih kecil dari kenaian perairan umum dan budi daya cukup berpengaruh terhadap total produksi diKalbar.menurun tetapi jika dilihat jika dilihat dari nilainya cukup besar sehingga sangat menguntungkan rumahtangga perikanan. Nilai produksi tertinggi dialami oleh sub sektor perikanan laut, disusul kemudian oleh peraairan umum , dan budidaya perikanan (tabel_6.4.2).

Jika dilihat dari alat penangkapannya rumahtangga perikanan di parairan laut sudah didominasi dengan kapal motor, berbeda dengan perairan umum yang masih didominasi perahu tanpa motor. Sedangkan untuk rumahtangga budidaya perikanan rata-rata penguasaan lahan bersih pemeliharaan seluas 0,71 Hektar.

6.5. Kehutanan

Kalimantan Barat termasuk salah satu propinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas setelah Irian Jaya, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, yaitu sekitar 6,39 persen dari luas kawasan hutan di Indonesia.

Luas kawasan hutan di Propinsi Kalimantan Barat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.259/KPTS-II/2000 tanggal 31 Agustus 2001 adalah sebesar 9.178.760 ha yang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya (tabel_6.5.1).

Dalam kawasan lindung, hutan lindung memiliki luas terbesar yaitu 2.307.045 ha, setelah itu adalah hutan taman nasional seluas 1.252.895 ha.

Selanjutnya dalam kawasan budidaya sebagian besar adalah untuk hutan produksi terbatas sebesar 2.445.985 ha dan 2.265.800 ha merupakan hutan produksi biasa. Sedangkan hutan produksi konversi hanya mencapai 514.350 ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar