Kamis, 28 Januari 2010

Cara buat gambar bergerak

Hnah, inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh kamu-kamu semua. Kenapa? karena si ndop bener-bener akan membocorin semua kemampuannya dalam belajar otodidak ria, belajar mengakali sesuwatu, belajar ngawur ngalor-ngidul tapi yang penting tetep HASILNYA!

Ayuh, pada siyap-siyap menyimak penjelasan ala ndop yang “coba-coba tapi jadi”. Maklum pemirsa di rumah maupun di setudiyo, si ndop ini memang tidak mengenyam pendidikan dizain, dia hanya belajar secara otodidak dan selalu berhasil!. Maka dari itu, apabila ada penjelasan yang sekiranya sak karepe dewe, ya harap diikuti saja. Wokeee? udaah.. mantuk-mantuk ajaa… :roll:

Pengen bisa bikin beginian: :pukul: atau :oops: khan??

Caranya gampang kok pemirsa, tinggal ceklak-ceklik dowang. Yang susah itu menemukan idenya. Kalo sudah ketemu ide, tinggal ceklak-ceklik, jadi! Baca dari awal sampai akhir ya, soalnya yang fast riding ndak mungkin akan faham, kalopun faham, berarti dia titisan saya.. wekekeke..

  1. gambar bergerak 1Bismillahirrohmaanirrohiim…. Buka edoub fotoshop (adobe photoshop, red.) sampeyan. Saya memakai photoshop 7.

    Siapkan beberapa gambar yang akan digerakkan. Setiyap gambar harus diletakkan di layer yang berbeda. Contohnya seperti gambar di samping yang terdiri dari 4 layer, yaitu

    • muka,
    • melet,
    • tonyo,
    • ciprat.

    Untuk melihat lebih jelas lagi gambarnya, bisa dipentelengi gambar di bawah ini:

    gambar bergerak 2

    walah, nomernya kok ndak urut ndop? ndak usah kakehan nyocrot! manut saja, sampeyan sudah ngerti khan?

    Setelah itu jangan lupa file > save .psd

  2. gambar bergerak 3Buka software imij redi (Image ready, red.) sampeyan. Open gambar .psd tadi. Aktifkan tanda “indicates layer visibility”

    *panganan opo kuwi, ndop?

    gak usah kebanyakan nanya, pokoknya yang kayak gambar mata itu tuh…* pada layer pertama ngaliyas layer muka.

    Setelah sampeyan ceklik, maka pada animation pertamanya akan terlihat seperti di bawah ini. Kalau di imij redi sampeyan ndak muncul animationya, bisa dimunculkan dengan ngeklik windows > animation.

    gambar bergerak 4


  3. Setelah itu, ceklik pada “duplicates current frame” seperti gambar di atas.

    *panganan opo maneh kuwi ndop?*
    pisan ngkas takon, tak uncalne nang Ethiyopia kowe!!

    Dan layer animation baru pun akan muncul. Lalu, pada layer, ceklik gambar mata pada layer tonyo.

    Maka pada animation akan terlihat seperti di bawah ini:


  4. Lalu ceklik pada tween animation frames. Akan muncul kotak daiyelog seperti ini:

    Isi frames to add dengan angka 2. Tekan Oukey!

    Maka pada layer animation akan bertambah seperti di bawah ini:


  5. Lalu, ceklik duplicates current frame lagi pada animation. Kemudian pada layer, pilih melet dan tonyo. Namun kali ini geser layer tonyo ke kiri sampai menyentuh muka melet. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat digambar di bawah ini:
  6. Hnah, betapa kasihannya si ndop dalam tutorial ini, mungkin dia kuwalat sama adiknya di tutorial yang ini. wakakaka…

  7. Lalu klik pada tween animation frames lagi. Muncul kotak daiyyelog, masukkan angka 4 pada frames to add. Cekelik OuKey.


  8. Klik duplicates current frame lagi. Pilih layer pilih melet, tonyo dan ciprat. Namun kali ini, geser sedikit lagi layer tonyo hingga seolah-olah mengenai pipi si ndop dan muncul efek cipratan kuning.

    Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada gambar di bawah ini:



  9. Seperti biyasa, klik tween animation frames lagi. Masukkan angka 2. Klik OK.


  10. Kemudian, untuk melambatkan gerakan, sampeyan bisa nyetting waktunya dengan klik “select frame delay time” sesuwai selera. Dalam tutorial kali ini, saya setting semuanya dengan waktu 0,1 detik. Cara settingnya gampang. Cukup klik tombol animation paling kanan atas, lalu pilih select all frames.

    Lalu klik pada tombol select frame delay time dan pilih 0.1 second.


  11. Iyyap, coba deh sampeyan klik “play”, sampeyan akan kaget karena gambarnya bisa bergerak-gerak.. wekekeke… jangan kaget adik-adikku, itu semua wajar saja kok. Namanya saja kompyuter, ya tentu saja pinter toh, kalau namanya kompyudoh, tentu saja akan bodoh.. hehehe…


  12. Untuk menyimpannya, sampeyan musti mengecek pada windows > optimize. Pastikan yang terpilih adalah gif. Secara default kayaknya gif 64 dithered. Sudah biyarkan default saja. Soalnya saya ndak nanggung kalo sampeyan ubah settingannya, kompyuter sampeyan akan mbledos! hehehe…

    Nah, kalau sudah tersetting seperti itu, kaliyan tinggal pilih file > save optimized as. Secara default akan terpilih .gif.

    Iyyap, gambar bergerak anda sekarang sudah jadi bos!!!!

    Kalau sampeyan kepengen menjadikannya sebagai emoticon belog, sampeyan musti ngerisaiz(resize, red.)-nya dengan klik image > image size. Isikan pikselnya sesuwai selera. Seperti contoh di bawah ini adalah width = 50 piksel (dengan constrain proportions tercentang)

  13. Woke selamat mencoba!!! http://dzofar.com/
    Sumber : http://dzofar.com/2008/09/22/tutorial-image-ready-membuat-gambar-bergerak-animasi-gif/comment-page-2/index.php?adclick=1

Rabu, 27 Januari 2010

Cara Membuat Animasi Power Point

Cara Membuat Animasi Power Point

Untuk membuat presentasi yang menarik kita harus mempersiapkan segala sarana dan prasarana dengan baik dan benar. Sebagai sarana untuk membuat presentasi tampak hidup adalah dengan menampilkan animasi pada slide power point. Berikut ini adalah cara-cara untuk membuat animasi pada power point.

Pada Slide Pertama
1. kita buat tulisan atau gambar sebanyak menu yang kita buat (bila dalam bentuk tulisan sebaiknya gunakan word art atau teks box yang terpisah satu dengan yang lainnya). Biar tampak rapi upayakan teks box atau gambarnya dibuat ukurannya sama.
2. Tempatkan gambar atau teks box berjajar dari kiri ke kanan tanpa jarak.
3. pilih semua gambar yang akan dijadikan menu (drag semua) kemudian kita group, sekarang kita sesuaikan gambar hasil group dengan panjang stage pada slide, Panjang gambar hasil group harus sama dengan panjang stage pada power point, untuk itu kita bisa tarik keluar atau dorong kedalam agar sama dengan panjang stage.
4. Menu yang kita buat pada langkah no 3 kita copy, sehingga sekarang kita memiliki 2 gambar menu yang sama.
5. Pada gambar menu yang pertama kita beri animasi fly In, Direction from right dangan speed 15 second biar tidak terlalu cepat, dengan pengulanagn terus menerus
6. Caranya klik gambar pertama masuk menu slide show pilih menu custom animation, klik add effect pilih entance dan cari animasi Fly In, pilih start with previous, dengan direction from right, dengan speed ketik angka 15 biar gak terlalu cepat, kemudian pada repeat pilih until end of slide
7. Pada gambar menu yang kedua kita beri animasi fly out, Direction to left dangan speed 15 second biar sama dengan kecepatan gambar pertama, dengan pengulanagn terus menerus
8. Caranya klik gambar pertama masuk menu slide show pilih menu custom animation, klik add effect pilih exit dan cari animasi Fly Out, pilih start with previous, dengan direction to left, dengan speed ketik angka 15 biar sama dengan kecepatan gambar pertama, kemudian pada repeat pilih until end of slide.
9. Sekarang tumpuk gambar pertama dan kedua kemudian jalankan dengan slide show, gambar menu akan berjalan dari kiri kekanana secara terus menerus. Layaknya teks berjalan seperti di televisi.

Pada Slide Kedua:
1. Buat slide kedua dengan jalan insert new slide
2.Copy 1 gambar menu yang ada di slide pertama, kemudian hilangkan semua animasinya, dengan jalan klik gambar yang dihilangkan animasinya kemudian pilih slide show pilih custom animasi pada task pane (menu yang dikanan) pilih remove.
3. sekarang kita lepas group menu pada slide ke dua, dengan jalan klik kanan gambar menu kemudian pilih grouping dan pilih ungroup.
4. Masing-masing menu sudah bisa di beri navigasi dengan jalan slide show kemudian pilih action setting pilih menu hyperlink to pilih nomer slide yang mau dihubungkan, lakukan pada menu-menu yang lain.
5. sekarang di coba di slide show, menu diam dan bila kita dekati dengan mouse berubah menjadi tangan. Kemudian kita juga harus tambahankan halaman yang menjadi tujuan pada menu navigasi slide kedua ini.

Menghubungkan slide pertama dan kedua.
1. Pada slide pertama, diatas dan dibawah menu kita pasang jebakan untuk memaksa mouse pindah ke slide kedua jika mendekati menu.
2. Jepakan bisa berupa kotak memanjang yang kita buat transparan sampai sekitar 96%, atau gambar hisan lain.
3. cara membuat jebakan dengan jalan kotak memanjang atau hiasan kita klik kemudian pilih slide show pilih action setting, pilih MOUSE OVER kemudian pada hiperlink to pilih ke slide ke dua.
4. Pada slide kedua juga kita beri jebakan yang sama hanya mose overnya kita arahkan ke slide satu.
Tujuannya jika kita mau mendekat menu berjalan di slide pertama mouse akan bertemu dengan jebakan dan akan secara otomatis kita dibawah ke slide kedua yang berisi menu yang sudah di beri link ke halaman tujuan dan bila kita tidak jadi memilih menu dan mose kita tarik keluar maka mouse kita terjebak di slide kedua dan otomatis kita dibawa ke slide pertama, begitu seterusnya.

Selasa, 19 Januari 2010

ALAT PENGUMPUL DATA

JENIS – JENIS ALAT PENGUMPUL DATA


Jenis data yang akan dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan, dapat bersifat kualitatif, kuanrtitatif atau kombinasi keduanya.

Jenis alat pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) harus diuraikan dengan jelas, seperti melalui pengarnatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assesmen, dan sebagainya.

Contoh cara pengumpulan data :
• Data hasil belajar, diambil dengan memberikan tes kepada siswa
• Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan, diambil dengan menggunakan lemabar observasi.
• Data tentang repleksi diri serta perubahan - perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal yang dibuat guru.
• Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran, didapatkan dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

Adapun beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu indra manusia dalam penelitian,yaitu :
1. Observasi
2. Interview
3. Quasioner
4. Tes
5. Journal Siswa
6. Asesment
7. Pekerjaan Siswa
8. Audio taping or video taping
9. Catatan tingkah lakuksiswa (Anecdotal records)
10. Attitude Scales (Likert Scales or Semantic Differential)
11. Dokumentasi

Dalam kesempatan ini yang dibahas hanya beberapa alat pengumpul data yang sering digunakan dalam PTK. Adapun alat pengumpul data tersebut. Yaitu :
1. Pengamatan/Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan denganh kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Tipe – tipe pengamatan yaitu, pengamatan berstruktur (dengan pedoman), pengamatan tidak berstruktur (tidak menggunakan pedoman)
Untuk mencapai tujuan pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan.
Pengamatan sebagai alat pengumpul data ada kecenderungan terpengaruh oleh pengamat/observe sehingga hasil pengamatan tidak obyektif biasanya disebut dengan hallo efek (kesan yang dibentuk oleh pengamat). Untuk menghindari pengaruh ini digunakan dua atau tiga pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan yang serupa.

Prosedur Observasi
a. Beberapa Pendekatan
Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya, berhubung dengan sifatnya yang sangat teknis maka paparan yang lebih rinci mengenai prosedur observasi dalam PTK dibahas secara tersendiri dalam bagian ini. Dalam hubungan ini, sebagai pengtantar dibahas berbagai sudut pandang yang dapat digunakan dalam menetapkan pilihan prosedur observasi yang akan digunakan dalam sesuatu siklus PTK. Dilanjutkan dengan langkah – langkah observasi serta teknik – teknik yang dapat dipilih.
Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakan perbaikan dalam rangka PTK. Adapun kriteria – kriteria yang dimaksud adalah (a) jenis data yang diperlukan dalam rangka implementasi sesuatu siklus tindakan perbaikan, (b) indicator – indicator yang relevan yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku guru dan siswa (c) Prosedur perekaman data yang paling sesuai. Dan (d) pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi.
Lebih jauh pencermatan beberapa pendekatan observasi berikut dapat berfungsi lebih mengarahkan pilihan prosedur observasi yang paling sesuai untuk keperluan yang sedang dihadapi.

1) Interpretasi
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Kadar interprestasi dalam observasi dapat direntang mulai dari yang bersifat sepenuhnya mekanistik tanpa interpretasi
Sehingga dinamakan low – inference observation seperi dikembangkan oleh Flanders (1970). Rekaman data hasil observasi yang serupa ini akan berbentuk tanda cacah (tallies) untuk masing – masing kategori amatan, dalam hubungan ini yang terdiri dari (i)teacher talk, (ii) pupil talk, dan (iii) silence/confusion. Meskipun memang ada kemanfaatannya, khususnya untuk memetakan kecenderungan pendominasian diskursis (discourses) dalam interaksi pembelajaran, namun akan banyak juga sisi – sisi kajian lain yang tidaka kan tersentuh dengan prosedur observasi seruoa ini, misalnya yang berkenaan dengan mutu keputusan dan/atau tindakan profesionala guru dalam pengelolaan interaksi pembelajaran. Sebaliknya, untuk keperluan yang terakhir ini, diperlukan high-inference observation, yaitu suatu observasi yang mempersyaratkan penafsiran teknis secara langsung dan cepat (instaneous interpretation) dalam perekaman data hasil observasi.

Dengan kata lain fakta yang direkam dalamobservasi itu lansung diinterpretasikan dengan kerangka piker tertentu, misalnya yang diartikulasikan sebagai asas – asas pembelajaran siswa aktif (Learner-centered instruction).Ini berarti bahwa apa yang dikatakan, atau tidak dikatakan, apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh guru dan/atau siswa diberi makna yang khas dan unuk dalam mengobservasi sesuatu episode pembelajaran.



2) Fokus
Dari segi titik tujuan observasi dapat dibedakan dari prosedur yang tidak secara a-priori menetapkan titik tujuan kecuali kehendak untuk memotret kesan umum tentang implementasi pendekatan pembelajaran siswa aktif sebagaimana telah dikemukakan dalam butir sebelumnya. Di pihak lain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Ada pula observasi yang sebelum pelaksanaannnya telah menetapkan titik –titik tujuan tertentu. Misalnya mengenai dominasi guru dalam diskursis pembelajaran atu kadar tuntutan intelektual pertanyaan –pertanyaan yang diajukan guru (Low cognitive Level vs high cognitive Level). Ini berarti bahwa, dengan penetapan focus yang dimaksud perhatian pengamat terutama akan dibatasi pada titik incar yang telah ditetapkan itu. Di pihak lain ini tentu tidak dapat diartikan bahwa pengamat akan secara kaku menutup mata dan telinga dari kejadian – kejadian di luar focus, yang justru dianggap memiliki makna dan/atau implikasi penting berkaitan dengan tindakan perbaikan yang tengah digelar.

Pada sisi lain, memang ada saatnya diperlukan observasi yang bersifat terbuka (open – ended). Tindakan perbaikan yang memasang prakarsa dan kreativitas siswa (atau guru) sebagi salah satu tujuannya akamn mempersyaratkan observasi yang lebih bersifat terbuka itu. Sebaliknya, penstrukturan yang terlalu dini dan atau kaku, akan gagal menjaring indicator –indikator yang berkenaan dengan prakarsa serta kreativitas siswa (atau guru) yang dimaksud.

3) Pelaksana
Sebagaimana telah dikemukakakn, pada dasarnya dalam konteks PTK guru yang merupakan actor tindakan adalah juga pengamat PTK. Meskipun kerja lama kesejawatan akan dapat sangat membantu produktivitas pengumpilan data dan, pada gilirannya, effektivitas PTK sebagai suatu bentuk perbaikan yang menjanjikan dampak positif yang berkelanjutan.

Meskipun memang dapat juga merupakan permasalahan yang dapat muncul dalam konteks dimana ada rekan sejawat yang menyediakan diri untuk berfungsi sebagai pengamat. Namun permasalahan cakupan dan obyektivitas merupakan titik –titik rawan apabila observasi juga harus dilakukan oleh guru sebagai actor PTK.

Salah satu format yang merupakan modifikassi catatan lapangan. (field notes) yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsi sebagai pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan adalah Jurnal Harian. Pada dasarnya, jurnal harian yang produktif adalah yang mengandung 4 komponen yaitu (i) identifikasi konteks observasi. (ii) informasi factual yang menonjol dalam sesuatu periode observasi. (iii) makna dari informasi faktual tersebut dalam konteks di mana ia teramati. dan (iv) implikasi dari fakta dan makna yang dimaksud dalam butir ii dan iii dalam kerangka piker tindakan perbaikan yang tengah digetar.

Dengan dokumentasi rekaman yang sistematis mulai dari konteks fakta, makna beserta implikasinya dalam sesuatu kerangka piker tertentu itu, maka proses refleksi akan terfasilitasi secara efektif dan effisien karena berhasil memanfaatkan data yang baiak cakupan maupun obyektifitas serta pemaknaannya cukup memadai.

4) Tujuan
Dalam penelitian formal, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang sahib dan handal (valid dan reliable)yang dapat digunakan sebagai bahan dalam menjawab pertanyaan –pertanyaan penelitian, termasuk yang dikemas dalam bentuk hipotesis – hipotesis. Sebaliknya, dalam PTK obsevasi dilakukan terutama untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah – langkah perbaikan atas prakarsa sendiri ini sudah ditekankan dalam konteks observasi kesejawatan (peer observation, peer supervision) yang telah dikemukakan sebelumnya. Akhirnya, yang jelas – jelas dan tegas – tegas harus dihindari dalam konteks PTK adalah observasi yang dalam pelaksanaannya terpusatkan pada pengungkapan kekurangan dan/atau kesalahan guru yang berfungsi sebagai actor tindakan perbaikan. Jelasnya observasi yang dalam praktek pelaksanaannya hanya terfokus pada kekurangan dan kesalahan guru itu akan berdampak merugikan misi PTK. Sebab informasi balikan yang dihasilkannya akan dihadapai dengan sikap bermusuhan dan ketertutupan.

5) Alat bantu rekam
Dari segi alat bantu rekam yang digunakan ragam prosedur observasi dapat direntang dari yang nyaris tidak menggunakan alat bantu rekam kecuali selembar kertas kosong, sampai dengan yang menggunakan alat rekam pandang dengar yaitu kamera video yang dapat merekam peristiwa secara relative original. Dalam banyak hal, penggunaan berbagai alat bantu rekam yang canggih itu memang sangat menggoda, dan untuk keperluan – keperluan tertentu. Memang menjanjikan kemanfaatan yang nyata dalam bentuk kelengkapan rekaman.

Namun disamping berbagai keuntungan yang dijanjikannya, penggunaan alat bantu rekam dalam konteks PTK juga perlu dipertimbangkan dari segi kelaikannya (feasibility). Artinya, hasil rekaman yang sangat lengkap dengan alat bantu rekam yang canggih itu, tidak akan termanfaatkan secara maksimal apabila untuk keperluan tayang ulang (replay) diperlukan persiapan dan/atau perlengkapan yang memakan waktu untuk menggelarnya. Belum lagi apabila juga diperhitungkan investasi yang diperlukan atau gangguan (intusion) yang diakibatkan dalam penggunaannya.

6) Sasaran Observasi
Dalam PTK, observasi dipusatkan baik kepada proses maupun hasil (interim) tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana telah dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin. Pada saat dilaksanakannya suatu tindakan.secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadidan tidak terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya,sebagaimana halnya dalam tindakan pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dari observasi itu langsung diinterpretasikan maknanaya dalam kerangka piker tindakan perbaikan yang telah direncanakan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Pada gilirannya, data dan interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan retleksi.

b. Pilihan Prosedur Observasi
Dengan menggunakan kombinasi dari berbagai sudut pandang di atas sebagai rujukan, dapat dibedakan adanya 4 metode observasi yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun segera perlu ditambahkan bahwa derajat kebaikan dari metode – metode observasi tersebut dalam konteks PTK, terlebih – lebih apabila guru bertindak sebagai actor tunggal pelaksana PTK, tentu saja berbeda – beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan tentu saja berbeda – beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli dan kreatif memodifikasi metode – metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh mungkin memenuhi harapan baiak dari segi mutu data yang dapat dihasilkannya, maupun dari segi kelaikan implementasinya.

1) Observasi Terbuka
Sebagaimana disarankan oleh namanya,observasi terbuka dapat secara harfiah dimulai dengan suatu halaman kosong, sehingga pengamat harus berimprovisaas dalam merekam “tonggak – tonggak penting” dalam pengggelaran proses pembelajaran dalam rangka implementasi tindakan perbaikan.Tujuannya adalah agar pengamat dapat merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan. Varian yang lain yang sebenarnya telah mulai menampilkan struktur adalah dengan penggunaan kategori – kategori besar (broad categories) sasaran amatan yang secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

2) Observasi terfokus
Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan kepada sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh kemungkinan fokusa amatan adalah dimensi – dimensi dari strategi bertanya yang dalam sesuatu episode pembelajaran.

3) Observasi terstruktur
Observasi Terstruktur adalah ditandai dengan perekaman data yang relative sederhana, berhubung dengan telah tersediakannya format yang relatif rinci. Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam sesuatu episode pembelajaran, seperti (i) penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin siswa, (ii) jenis respons siswa karena ditunjuk atau mengajukan diri di samping (iii) respon guru terhadap jawaban siswa langsung ditangaani sendiri aatau dilemparkan kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang relative rinci pengamat tinggal membubuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda – tanda lain sehingga gejala yang diamati terpetakan secara rapi

4) Observasi Sistematik
Dalam observasi sistematik pengkategorian kemungkinana bentuk dan jenis amatan distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh dari observasi sistematik yang telah diketahui secara meluaas adalah format FIAC (Flanders’ Interaction Analysys Categories) yang memperkenalakan 3 kategori besar yaitu (i) teacher talk (ii) pupil talk, dan (iii) silence

c. Langkah – langkah Observasi
Dalam hala pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu (i) pertemuan perencanaan, (ii) Pelaksanaan observasi kelas, dan (iii) Pembahasan balikan. Berikut dijelaskan secara lebih rinci hal – hal yang berkaitan dengan observasi interpretasi dalam rangka penyelenggaraan PTK secara kolaboratif tersebut.

1) Pertemuan Perencanaan
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai focus. Kriteria atau kerangka piker interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang akan digunakan. Bila kesamaan pandang telah tercapai, maka di satu pihak keinginan masing – masing dapat dipenuhi sedangkan di pihak lain kekakuan dalam mengobservasi dapat di kurangi kondisi kerja seperti ini dapat menghemat waktu ayng di gunakan dalam melaksanakan observasi di kelas dalam mendiskusikan balikan dan dalam melakukan refleksi serta dalam menyusun rencana tindak lanjut, apabila diperlukan.

a) Penetapan focus Observasi
Fokus Observasi adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran tujuan dalam pelaksanaan observasi. Dalam rangka PTK, focus observasi dibatasi pada sasaran – sasaran tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka piker tindakan perbaiakan yang tengah di gelar dalam sesuatu siklus PTK. Berhubung dengan hakekatnya yang khas, maka ada 3 catatan yang perlu diingat dalam pelaksanaan observasi dalam rangka PTK, yaitu (i) actor tindakan perbaikan adalah juga pelaku utama pelaksanaan observasi, dengan resiko bahwa cakupan wilayah observasinya kemungkinan akan lebih terbatas, dibandingkan dengan apabila ada mitra yang dapat memberikan bantuan, (ii) Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan melengkapi amatan dari pelaksana tindakan perbaikan, bukan menggantikannya, dan
(iii) Sebagai pengamat, mitra tetap berfungsi sebagai pengamat, bukan sebagai supervisor penuh atau paling banyak sebagai peer supervisor.

b) Kriteria Observasi
Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan observasi adalah kerangka pikit yang digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai indicator dari berbagai gejala yang diharapkan terjadi sebagai perwujudan dari proses atau dampak dari tindakan perbaikan yang diimplementasikan. Kerangka piker tersebut dapat lebih bersifat kuantitatif seperti misalnya dalam bentuk frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa dalam sesuatu kurun waktu tertentu. Sebaliknya, kerangka piker tersebut dapat juga lebih menampilkan sifat kualitataif seperti berkenaan dengan sifat dan/atau tujuan pertanyaan yang diajukan itu (pertanyaan factual atau pertanyaan analitik, pertanyaan evaluatif dan pertanyaan – pertanyaan yang menuntut pengerahan proses kognitif tingkat tinggi lainnya.
Namun yang lebih sering dibutuhkan adalah kombinasi di antara keduanya. Yang tentu saja harus diramu secara kontekstual sesuai dengan tujuan, materi dan prosedur yang terdapat dalam scenario di satu pihak, serta sesuai pula dengan mini perbaikan dari hipotesis tindakan yang kebetulan di gelar pada saat itu. Pada gilirannya, sebagaimana telah diisyaratkan di awal bagian ini, kriteria observasi menyediakan kerangka acuan yang dapat digunakan untuk menunjau kembali berbagai aktivitas yang telah digelar sebagai perangkat tindakan perbaikan. Oleh karena itu, pengembangan kriteria observasi sekaligus juga merupakan pemetaan kerangka piker yang membingkai tindakan perbaikan.

Beberapa contoh kriteria observasi dalam rangka PTK dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Peningkatan proses pembelajaran, seperti :
(a) Peningkatan frekuensi dan/atau kualitas pertanyaan siswa dalam interaksi belajar – mengajar.
(b) Peningkatan kerja sama antar siswa dalam pelaksanaan tugas – tugas pembelajaran
(c) Peningkatan jumlah dan/atau ragam sumber belajar yang dimanfaatkan oleh siswa.

2 Peningkatan hasil belajar, seperti :
(a) Peningkatan perasaan puas para siswa
(b) Peningkatan perasaan ingin tabu para siswa
(c) Peningkatan jumlah, jenis dan/mutu produk belajar yang dihasilkan siswa
(d) Peningkatan prestasi akademik konvensional
(e) Penurunan frekuensi terjadinya miskonsepsi terhadap materi belajar

3 Peningkatan keterlibatan warga sekolah dalam tindakan perbaikan, seperti :
(a) Keterlibatan sejawat guru – guru lain dalam tindakan – tindakan perbaikan yang serupa
(b) Dukungan pimpinan sekolah dan para orang tua siswa
(c) Pemanfaatan hasil PTK oleh sejawat guru lain

c) Alat bantu observasi
Berbagai alat bantu observasi dapat digunakan untuk memfasilitasi perekaman data sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki. Berbagai alat bantu tersebut dapat direntang mulai dari yang paling terbuka sampai dengan yang paling terstruktur. Selain itu juga terdapat alat bantu rekam elektronik yang dapat mendokumentasikan peristiwa secara relative lengkap sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, alat bantu yang paling terbuka adalah selembar kertas kosong.
Penstrukturan awal dilakukan dengan menetapkan terlebuh dahulu focus observasi berupa pokok – pokok titik incar. Penstrukturan dapat lebih ditingkatkan dengan penggunaan checklist termasuk yang merekam data secara mekanistik tanpa interpretasi secara format RAC (Flanders’ Inter-Action Categories)
Alat bantu rekam elektronik memang menjanjikan kelengkapan dokumentasi, meskipun masih mengandung keterbatasan – keterbatasan juga. Kamera hanya mampu merekam informasi audio, sedangkan kamera video dapat merekam 2 dimensi informasi yaitu audio dan visual, meskipun masih tetap ada keterbatasan teknis seperti misalnya dari segi sudut pandang kamera.

c) Ketarampilan Mengobservasi
Dari segi keterampulan mengobservasi, tidak setiap orang yang berkeinginan, secara begitu saja terampil melakukan observasi. Ada 3 keterampilan utama yang diperlukan untuk dapat melakukan observasi yang baik, yaitu :

(1) Kemampuan “menunda” kesimpulan :
Ketegasan dalam penarikan kesimpulan dapat diatasi dengan selalu “kembali” kepada focus serta tata aturan observasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengamat yang efektif merekam baik fakta yang dilihatnya dari kerangka piker tindakan perbaikan yang digelar melalui PTK.
Pengamat apakah itu guru pelaku tindakan perbaikan atau mitra pengamat harus secara eksplisit memisahkan antara fakta dengan interpretasi terhadap fakta yang dimaksud. Dengan kata lain kedua-duanya memang harus direkam, namun secara jelas diindikasikan pemilahannya. Fakta yang direkam tanpa penyorotan dari sesuatu bingkai piker, akan kehilangan maknanya sebaliknya rekaman hasil observasi yang hanya memuat interpretasi, cenderung menampilkan gambaran yang distortif (biased)
Alat bantu perekaman elektronok lebih berpeluang menghasilkan gambaran yang lebih obyektif, anamun agar benar – benar bermanfaat sebagai masukan, interpretasi yang dilabel secra jelas memang dibutuhkan. Oleh karena itu, hasil rekaman elektronik harus secepatnya ditranskripsikan dan dibubuhi catatan – catatan interpretative sesuai dengan keperluan sehingga terwujud sebagai catatan lapangan (field-notes)
Alat bantu yang lebuh sederhana yang sangat praktis namun juga cukup produktif. Sehingga cocok digunakan oleh pengamat yang juga sekaligus pelaku tindakan, adalah jurnal harian. Sebagaimana telah dikemukakan jurnal harian merupakan semacam catatan harian sehinggga dapat berfungsi sebagai rekaman pengmatan yang sangat efektif, apabila distrukturkan sedemikian sehingga mengandung (a) rekaman factual, (b) pemberian makna terhadap informasi factual yang terekam itu, dan (c) paparan mengenai implikasinya dilihat dari kerangka piker PTK yang tengah dilakukan.

(2) Keteampilan dalam hubungan antar pribadi.
Khususnya apabila melibatkan mitra sebagai pengamat. Maka diperlukan pendekatan hubungan antar pribadi agar “campur tangan “ pihak luar, tidak justru menimbulkan komplikasi – komplikasi yang tidak perlu. Yang penting ditekankan adalah agar masing – masing pihak, baik yang diamati maupun yang mengamati “bertemu” dalam arena denagan maksud untuk saling membantu dalam belajar.

(3) Kemampuan teknis
Untuk menungkatkan produktivitas, diperlukan kemampuan teknis di pihak pengamat untuk menjadwal. Memilih “sample peristiwa” serta instrumentasi (protokol, checklist dan format – format perekaman data lain) yang paling tepat secara kontekstual sesuai dengan sosok dalam perbaikan yang bersangkutan yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi melalui pengamatan.
(4) Pelaksanaan Observasi
Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses belajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baiak yang terjadi pada guru maupun situasi kelas.Perlu diingat bahwa observer hanya mencatat yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian atau mengganggu. Untuk menghilangkan ketegangan guru selama diobservasi, pada akhir observasi dilakukan diskusi yang bersifat positif selama 5 atau 10 menit. Observer sebaliknya juga memberikan salinan catatan observasi kepada guru yang diobservasi.

(5) Diskusi Balikan
Sebagaiman telah dikemukakan diskusi balaikan harus dilaksanakan dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi.penentuan serta penetapan target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi dalam diskusi balikan. Target – target yang ditetapkan itu hanya bersifat realistis dalam arti balik untuk dicapi dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada gilirannya, rencana tindakan untuk pengembanagan berikutnya juga disusun dengan bertolak dari diskusi balikan dimana segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan itu direfleksikan.
Secara visual ketiga fase observasi kelas dapat digambarakan sebagai berikut :

(6) Perencanaan Tindak Lnjut
Sebagaimana telah dikemukakan, dalam diskusi balikan apabila diperlukan, ditetapkan sasaran – sasaran baru perbaikan. Pada gilirannya sasaran – sasaran baru perbaikan tersebut merupakan titik tolak untuk perancangan tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya atau apabila sesuatu tujuan perbaikan telah dinilai tercapai secara cukup memuaskan, terbuka peluang untuk mengidentifikasi permasalahan – permasalahan baru yang memerlukan pengatasan melalui PTK.
Dengan daur kegiatan PTK seperti ini, maka akan terpiculah mekanisme perbaikan yang berkelanjutan.

2. Wawancara
Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada subyek penelitian.Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dsb. Ada beberapa jenis pertanyaan lisan yaitu wawancara.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang diteliti. Wawancara memilki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Ada dua jenis wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternative jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pewawancara.
Wawancara tidak berstruktur bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subyek, atau keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek.

3. Kuesioner
Kontak langsung dengan para subyek yang diperlukan dalam wawancara memakan waktu yang lama, tenaga, dan biayanya. Banyak informasi yang dapat dikumpulkan dengan perantaraan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek yang diteliti. Kuesioner ada dua macam kuesioner berstruktur atau bentuk tertutup dan kuesioner tidak berstruktur atau terbuka. Kuesioner berstruktur berisi pertanyan yang disertai dengan pilihan jawaban. Kuesioner tak berstruktur pertanyaan tidak disertai dengan jawaban.

4. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang di berikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban – jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Adapun jenis tes dalam penelitian adalah tes prestasi belajar, dan tes kecerdasan.

5. Daftar inventori kepribadian
Ada beberapa jenis ukuran kepribadian, masing – masing mencerminkan sudut pandang yang berbeda – beda. Peneliti harus mengetahui secara tepat lebih dulu apa yang ingin diukurnya baru kemudaian memilih instrument. Tiga jenis ukuran kepribadian yang paling abanyak dipakai adalah daftar inventori, skala penilaian, dan teknik proyektif.

a. Daftar inventori adalah daftar pertanyaan yang menggambarkan pola – pola tingkah laku dan mereka diminta untuk menunjukkkan apakah tiapa – tiap pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban ya, tidak atau tidak tahu. Skor diperoleh dengan menjumlahkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang sedang diukur.
b. Skala Penilaian
Skala penilaian merupakan alat penilaian yang memerlukan penilaian yang bdilakukan oleh seseorang terhadap tingkah laku atau penampilan orang lain. Penilaitinggal memberikan nilai pada suatu kontimum(rangkaian satuan) atau suatu kategori yang menggambarkan cirri tingkah laku orang yang dinilai. Jenis skala penilaian ada dua, yaitu skala grafis dan skala kategori.


c. Teknis Proyeksi
Teknik Proyeksi adalah ukuran yang dilakaukan dengan jalan meminta seseorang memberikan respon kepada suatu stimulus yang ambigu atau yang tak tersusun. Teknik ini disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memroyeksikan kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri dalam stimulus tersebut. Berdasarkan penafsiran dan tanggapan subyek, peneliti mencoba menyusun suatu gambaran menyeluruh tentang struktur kepribadian seseorang. Contoh tes Appersepsi Tematik (TAT). Tes Rorsharch yang menggunakan noda tinta.

6. Skala
Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subyek, obyek, atau tingakah laku denga tujuan mengukur sifat. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, nilai – nilai, dan minat. Skala ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh seseorang memiliki ciri yang ingin diteliti. Skala ini memiliki (skala Thurstone), summated scale (skal Guttmjan), dan semantic differential scale.
i. Skala Likert, skala jenis ini merupakan sejumlah pernyataan positif dan negative mengenai suatu obyek sikap. Dalam memberikan respon terhadap pernyataan dalam skala ini, subyek menunjukkan sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Contoh Pendidikan Luar Biasa hendaknya dipisahkan dengan pendidikan untuk anak normal.
Sanagat setuju (2), setuju (1), tidak mempunyai pilihan (0), tidak setuju (-1), dan sangat tidak setuju(-2)
ii Skala Thurstone
Thurstone mengembangkan suatu metode untuk menentukan nilai skala tertentu pada hala – hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenagkan. Skala yang dikembangkan oleh Thurstone ada 11 dari menyenagkan, netral sampai tidak menyenagkan.
iii Skala Guttman
Teknik kumulatif timbul karena memberikan kritikan pada skala sikap Thurrstone dan skal likert mengatakan bahwa skala – skala tersebut memuat pernyataan – pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi obyek sikap. Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah ini dengan menggolongkan skala berdimensi tunggal, bermaksud menetapkan apakag sikap yang sedang diselidiki benar – benar hanya menyangkut asatu dimensi. Suatu sikap dianggap berdimensi tunggal kalau sikap itu menghasilkan skala yang kumulatif, yaitu skala yang butir – butirnya berkaitan satu sama lain sedemikian rupa sehingga seorang subyek yang setuju dengan pernyataan nomor 2,akan merasa setuju dengan nomor 1. Contoh reponden diminta setuju atau tidak setuju.
1) Manfaat POMG sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasi
2) POMG mempunyai pengaruh besar guna meningkatkan peranan sekolah
3) POMG adalah organisasi yang paling penting di Indonesia guna meningkatkan peranan sekolah

Apabila ini adalah skala kumulatif, maka seharusnya dapat disusun semua tanggapan responden ke dalam pola seperti pada table diatas. Dengan demikian jika skor seseorang diketahui, maka seharusnya kita dapat mengatakan dengan tepat pertanyaan – pertanyaan mana yang di setujui oleh subyek itu.Misal, semua responden mempunyai skor 2, yaitu percaya bahwa manfaat POMG sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan peranan sekolah, namun tidak percaya POMG adalah organisasai yang paling penting di Indonesia untuk meningkatkan peranan sekolah.
Subyek dapat dirangking berdasarkan tanggapan mereka terhadap skala itu. Oleh karena itu peneliti harus membentuk pernyataan – pernyataaan tertentu. Kemudian pola tanggapan yang sebenarnya diteliti dan diukur, sejauh mana tanggapan itu dapat direproduksi dari skor keseluruhan. Salah satu cara yang di lakukan adalah membagi jumlah total kesalahan dengan jumlah total tanggapan dan hasilnya dipakai untuk mengurangi angka satu, sehingga diperoleh koefisien reproduksibilitas. Guttman menyarankan nilai 0,90 sebagai membentuk skala berdimensi tunggal (Komulatif)
iv. Semantic defferential scala (skala perbedaan makna)
Pendekatan lain untuk mengukur sikap terhadap obyek, subyek dan kejadian adalah skala perbedaan makna. Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum. Skala ini di dasarkan pada pandangan bahwa obyek itu mempunyai dua macam makna bagi seseorang, yaitu magna denotative dan konotatif, yang dapat dinilai sendiri – sendiri. Magna denotatif suatu subyek dapat dengan mudah dinyatakan, namun tidak begitu dengan magna konotatif. Suatu subyek secara tidak lansung, yaitu dengan menggunakan sejumlah kata – kata sifat yang mempunyai dua kutub (bipolar) dan meminta beberapa orang untuk menilai obyek itu dengan berpedoman pada kata – kata sifat. Osgood menggunakan skala ini atas tujuh titik dengan angka 0 sebagai titik tengahnya ke atas sampai + 3 dan ke bawah – 3 untuk menilai sikap.

Baik +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Buruk
Bersih +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Kotor
Manis +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Pahit
Kuat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Lemam
Besar +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Kecil
Berat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Ringan
Aktif +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Pasif
Cepat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Lambat
Panas +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Dingin

Dengan mengetahui penilai para subyek terhadap suatu obyek, peneliti dapat menetapkan adalah sikap masing – masing terhadap obyek tersebut positif atau negative. Skor sikap seorang responden dapat dibandingkan dengan sikap umum terhadap obyek itu oleh suatu kelompok yang ditunjuk. Dapat juga sampai skor sikap responden denga jalan membandingkan sikap sejumlah orang terhadap obyek tersebut, dan dengan membandingkan pola penilaian mereka dengan pola penilaian orang lain.
Osgood dkk membagi menjadi tiga kelompok kata sifat yaitu,
Evaluatif; terdiri dari baik – buruk, bersih – kotor
Potensi; terdiri kuat – lemah, besar – kecil, dan
Aktivitas; terdiri aktif – pasif, cepat – lambat.

Jumat, 15 Januari 2010

my slide..

Agrobisnis Sebagai Landasan Pertanian

Agrobisnis Sebagai Landasan Pertanian

Demikian dikatakan Bupati Kabupaten Landak Adrianus Asia Sidot saat membuka temu agribisnis, Senin (12/1) di aula Kantor Bupati Landak.

Menurut bupati, masyarakat harus melihat bahwa kegiatan temu agrbisnis ini sebagai sebuah sistem yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

“Sebagai sebuah sistem, ini tentu didukung oleh sub-sub sistem. Justru yang menjadi tolok ukur keberhasilan agribisnis adalah pada sub-sub sistemnya. Apabila sub sistem ini tidak berjalan, maka jangan harap yang namanya agribisnis ini juga berjalan,” ujar bupati.

Oleh karena itu bupati ingin menyamakan persepsi mengenai masalah agribisnis. Kalau hanya Dinas Pertanian saja yang selalu mendorong para petani untuk meningkatkan produksinya, tetapi sistem penyaluran pupuknya macet, ini juga mengganggu.

“Bagaimana kita bisa melakukan satu sistem agribisnis kalau jika semua kompenen tidak mendukung. Jadi kalau masalah agribisnis ini, tidak hanya Dinas Pertanian saja yang ambil peduli, tapi harus semua elemen terlibat,” tukasnya. Demikian juga dengan jenis agribisnis, kata bupati, tidak hanya tanaman padi saja, produk-produk lain seperti peternakan, perikanan dan perkebunan bisa juga dijadikan agribisnis.

Pada kesempatan itu, bupati menggaris bawahi soal perubahan mental para petani khusus di Landak. Sebab intinya ada di para petani tersebut, baik petani diperdesaan yang masih mengandalkan ototnya dan kemurahan alam dalam sistem pertaniannya, maupun para petani yang sudah memakai seluruh kekuatan yang ada seperti otot, otak, modal dan teknologi. “Jadi kalau bertani kita harus memakai empat komponen tersebut. Masalah inipun menjadi visi dari Kabupaten Landak. Kita menginginkan terdepan dibidang ekonomi kerakyatan. Sedangkan yang menjadi landasannya adalah agro atau pertanian,” papar bupati. Namun demikian, tambahnya, pertanian ini tidak hanya disebut pertanian saja, tapi pertanian bagaimana yang diinginkan. Sebab yang diinginkan masyarakat adalah pertanian yang dikemas dalam satu sistem bisnis, sehingga pertanian ini betul-betul secara nyata menjadi sumber kehidupan dan penghidupan masyarakat.

“Jadi tidak hanya labelnya petani, tetapi sebetulnya kalau kita lihat petani atau dia sebagai petani, itu sebagai sampingan saja, dia tidak fokus. Sekarang kita ingin mengarahkan bahwa masyarakat kita ini fokus. Makanya basis kita adalah ogrobisnis dan agroindustri,” ucapnya.

Namun basis agrobinis dan agroindustri tersebut tidak cukup hanya slogan saja. Hal ini tentunya harus diupayakan secara nyata. Bagaimana menyusunya, tentu ada instansi teknis yang menanganinya.

“Inilah yang nantinya saya harapkan bisa menemukan bagaimana agribisnis kita. Sebab barangkali semua daerah punya spesifikasi sendiri-sendiri, punya kekhasan masing-masing. Tidak bisa misalnya Landak disamakan dengan Sambas, karena dari sisi geografis sudah berbeda dan budaya masyarakatnya juga berbeda,” paparnya. Ia berharap mudah-mudahan instansi teknis bisa menemukan pola yang khas untuk Landak. Mereka diharapkan bisa menyusun atau melaksanakan agribisnis pola Landak.

Temu agribisnis yang diselenggarakan Dinas Pertanian Landak juga dihadiri Kepala Dinas Pertanian Landak Pa’du Palimbong, Kepala Bank Kalbar cabang Ngabang Mursalin, para pelaku agrobisnis di Landak, para camat se Landak dan para undangan.

Produktifitas Peretanian Kab.Landak


Penghargaan Peningkatan Produksi Beras Print E-mail


Image

NGABANG- Kamis (18/12) sore lalu di Istana Negara. Bupati Landak DR Drs Adrianus AS MSi, berhasil menerima penghargaan kategori Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) tahun 2008 yang diserahkan langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Tentunya keberhasilan ini menjadi catatan tersendiri bagi Adrianus, demi menggairahkan sektor Pertanian Kabupaten Landak, sehingga memotivasi para petani bekerja lebih keras dan menghasilkan produksi yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Kehadiran saya di Jakarta hanya mewakili masyarakat Kabupaten Landak, terutama para petani. Berkat jasa mereka kita dapat penghargaan kategori Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) tahun 2008,” kata Adrianus.
Sebelumnya Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Landak Ir. Pa’du Palembong, mengatakan penghargaan tersebut diberikan Presiden kepada Kepala Daerah yang berhasil meningkatkan produksi padi di atas lima persen sepanjang tahun 2007. Kabupaten Landak sendiri berhasil meningkatkan produksi padi sebesar 13, 1 persen.

Last Updated ( Kamis, 29 Januari 2009 )
Lokasi Obyek Wisata di Landak Print E-mail
Ditulis oleh Administrator
Senin, 15 Desember 2008

NO

JENIS OBJEK WISATA

LOKASI

JARAK DARI

Ibu Kota Kab.

1.

2.

WISATA SEJARAH/BUDAYA

- Rumah Betang Saham

- Makam Juang Mandor

- Keraton Raja Landakj

- Situs Panyugu Ria Sinir

- Bukit Marabukatn

WISATA ALAM

- Air Terjun Banangar

- Air Terjun Terinting

- Air Terjun Morban

- Air Terjun Remabo

- Goa Kelelawar

- Riam Panjang

- Gunung Niut

- Danau Juang Mandor

- Air Terjun AnganTembawang

- Panorama Gunung Sehaq

Desa Saham Kec. S.Temila

Desa Mandor Kec.Mandor

Desa Raja Kec. Ngabang

Desa Bagak Kec. Menyuke

Desa Untang

Desa Perbua’ Kec. Air Besar

Desa Engkadi Kec. Air Besar

Desa Engkadi Kec. Air Besar

Desa Sekendal

Desa Jambu Kec. Air Besar

Desa Riam Panjang

Desa Bentiang

Desa Mandor Kec. Mandor

Desa Angan Tembawang

Desa Asong Kec. S.Temila

52 Km

75 Km

1 Km

70 Km

220 Km

85 Km

87 Km

88 Km

92 Km

50 Km

42 Km

98 Km

76 Km

35 Km

48 Km

Last Updated ( Selasa, 27 Januari 2009 )
Panen Rupiah dari Peternakan Print E-mail
Ditulis oleh Administrator
Sabtu, 13 Desember 2008

SAPI POTONG
Potensi pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Landak masih terbuka luas. Hal ini didukung oleh tersedianya lahan yang luas untuk padang penggembalaan serta untuk penanaman hijauan makanan ternak. Selain itu di Kabupaten Landak terdapat kebun sawit yang cukup luas, ini merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan pola Integrasi Sapi – Sawit. Sedangkan dari aspek pemasaran didukung oleh sarana transportasi seperti adanya jalan darat antar negara ke Malaysia dan Brunai Darussalam.
Image

UNGGAS
Pengembangan ternak unggas di Kabupaten Landak masih terbuka luas karena sebagian besar masyarakat Landak sudah terbiasa memelihara ayam buras maupun itik. Hal ini didukung, oleh ketersediaan bahan baku pakan unggas yang berlimpah serta sarana transportasi yang lancar.

Last Updated ( Kamis, 15 Januari 2009 )
Selengkapnya...
Potensi AgriBisnis di Landak Print E-mail
Ditulis oleh Administrator
Sabtu, 13 Desember 2008

Struktur perekonomian di Kabupaten Landak masih sangat didominasi oleh sektor pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan menyumbang 52,19 % terhadap PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Landak (tahun 2006). Berikut potensi Agribisnis di Landak:


Struktur perekonomian di Kabupaten Landak masih sangat didominasi oleh sektor pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan menyumbang 52,19 % terhadap PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Landak (tahun 2006). Berikut potensi Agribisnis di Landak:

Kedelai
Image
Komoditi yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe serta susu kedelai ini tersebar di kecamatan Mempawah Hulu, Menjalin, Menyuke dan Meranti. Dengan luas areal pertanaman 60 ha dan luas panen 58 ha pada tahun 2007.

Padi
Image
Merupakan komoditi utama yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Landak. Tersebar di 10 kecamatan dengan sentra produksi di dua Kawasan Agrobisnis Terpadu (KUAT) yaitu KUAT Senakin (Kec. Sengah Temila) dan KUAT Sompak, kec Mempawah Hulu, (Sekarang Kec. Sompak).


Jagung
Komoditi kedua setelah padi yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Landak. Jagung merupakan bahan baku pakan ternak yang tersebar di 10 kecamatan dengan sentra produksi berada di Kecamatan Ngabang, Kecamatan Mempawah Hulu dan Kecamatan Menyuke.

Ubi Kayu
Tanaman ini umumnya ditanam di daerah perbukitan pada lahan bekas penanaman padi gunung. Tersebar di 10 kecamatan dengan sentra produksi di Kecamatan Ngabang dan Kecamatan Mempawah Hulu. Selain sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka dan bahan utama pakan ternak juga dapat diolah menjadi produk makanan olahan seperti tapai, keripik dan lain-lain.

Cincao
Image
Sentra produksi tanaman ini terdapat di Desa Bilayuk, Caong dan Salumang di Kecamatan Mempawah Hulu. Tanaman cincao yang dibudidayakan oleh petani adalah jenis cincao hitam. Usaha tani cincao yang dilakukan belum dikembangkan secara besar-besaran dan berorientasi agribisnis.

Masa Depan Pertanian Kelabu

Masa Depan Pertanian Kelabu



SUARA PEMBARUAN DAILY

[MAKASSAR] Rendahnya minat calon mahasiswa untuk masuk ke fakultas rumpun pertanian atau agrokompleks, yaitu pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, serta kehutanan, beberapa tahun terakhir, akan membuat masa depan pertanian kelabu. Apalagi penurunan minat masuk fakultas pertanian tersebut, terutama di luar Pulau Jawa mencapai 30-40 persen dibanding tahun sebelumnya.

Kondisi itu sangat memprihatinkan, padahal aktivitas masyarakat pada bentangan agrokompleks cukup luas, mulai dari proses pembenihan, pembesaran, pemanenan, hingga pemasaran. Semua aktivitas itu, ada di lapangan dan memberikan lapangan pekerjaan.

Demikian rangkuman pendapat dari Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof Dr Dasron Hamid, Pembantu Rektor (Purek) I Unhas, Prof Dr Dadang Achmad Suryamihardja, dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Yonni Koesmaryono yang dihubungi SP secara terpisah, Jumat (1/8) dan Sabtu (2/8).

Terkait penurunan minat mahasiswa terhadap fakultas pertanian, IPB kata Koesmaryono, telah diminta Ditjen Dikti Depdiknas untuk melakukan analisis mendalam terhadap fenomena tersebut. Untuk analisis fenomena ini IPB membentuk tim yang akan melakukan analisis dan sebagai ketua ditunjuk Dr Syafrida Manuwata.

Khusus IPB, Koesmaryono menyatakan, pihaknya terus - menerus melakukan promosi ke SMA-SMA dan kepada para kepala daerah setiap ada kesempatan pertemuan. Tak ketinggalan para alumnus IPB yang tersebar di seluruh Indonesia. Diakui, tak ada catatan lengkap, tetapi tahun 2007 memang sudah ada penurunan meskipun tak besar seperti tahun ini yang cukup besar diperkirakan penurunan sampai 30 - 40 persen.

Kebijakan Pemerintah

Soal penyebabnya, Dasron Hamid berpendapat, antara lain, karena kondisi pertanian di Indonesia yang memprihatinkan, pelaku usaha dan universitas yang kurang berpromosi, sehingga calon mahasiswa tidak terpikat, serta nama fakultas yang kurang adaptif. Keengganan calon mahasiswa memilih jurusan pertanian terkait erat dengan kebijakan pemerintah yang tak berkiblat ke pertanian.

Selain karena makin menyempitnya kesempatan kerja di bidang pertanian, kondisi pertanian di Indonesia memang memprihatinkan. Penurunan minat calon mahasiswa ke fakultas pertanian juga disebabkan bayang-bayang kelabu masa depan pertanian Indonesia.

"Memang ada yang berasumsi bahwa sarjana pertanian akhirnya harus berhadapan dengan cangkul dan lumpur. Ini juga cukup mencemaskan dan selama teknologi pertanian tidak mendapat tempat di negeri ini, niscaya jurusan-jurusan pertanian akan terus menyusut," tambahnya.

Senada dengannya, Dadang menyatakan mungkin sudah saatnya nama-nama fakultas rumpun pertanian diganti untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini. Paling tidak diperlukan nama-nama yang keren. Misalnya, fakultas agrobisnis, dan lainnya.

Sedangkan, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Unhas, Dahlan Abubakar mengatakan calon mahasiswa memang lebih berpeluang di fakultas rumpun pertanian, karena kursinya lebih banyak. Bahkan, biaya yang dikeluarkan calon mahasiswa yang masuk lewat jalur nonsubsidi reguler juga lebih ringan. "Untuk fakultas kedokteran bisa mencapai Rp 100 juta, sedangkan pertanian hanya Rp 15 juta," katanya.

Sebaliknya, Kepala Humas Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Suryo Baskoro menyatakan fakultas teknologi pertanian UGM dengan tiga program studi, yakni teknik pertanian, teknologi industri pertanian, serta teknologi pangan dan hasil pertanian, tidak pernah sepi peminat.

"Khusus UGM mungkin kondisinya berbeda, sebab setiap tahun kita kebanyakan menolak daripada mencari. Meski pamor pertanian di negeri ini turun drastis, namun calon mahasiswa UGM tidak pernah menyusut," ujarnya.

Secara terpisah, Pembantu Rektor Bidang Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB), Adang Surahman menyatakan pihaknya bakal mempertahankan program studi yang minim peminatnya. Menurut dia, kampus harus bertanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan. "Astronomi misalnya, tetap dibuka karena satu-satunya di Asia Tenggara," katanya.
Program studi di ITB yang terbilang kurang peminat adalah
meteorologi, astronomi, dan oseanografi. Ketua Prodi Oseanografi ITB,

Ivonne M Radjawane mengungkapkan pengetahuan oseanograsi masih belum tersosialisasi dengan baik. Pemerintah saja baru mendirikan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada 1999. "Indonesia itu 70 persennya laut. Tenaga ahlinya masih sedikit," ujarnya.

Menurut Wakil Rektor IPB, Yonni penurunan minat terhadap program studi pertanian ini terjadi terutama di luar Jawa seperti di Universitas Mulawarman, Universitas Trunajaya di Bangkalan Madura, Universitas Jember, sedangkan di IPB dan UGM, tak ada masalah.

"Tapi, IPB punya kewajiban moral atas turunnya minat generasi muda terhadap program studi pertanian ini. Mengapa pada saat terjadi krisis pangan sekarang ini minat anak bangsa ke bidang pertanian menurun," ujar Yonni.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Hidayat Syarief menilai, penyebab rendahnya minat mahasiswa ke pertanian, karena ada penilaian bahwa prospek pertanian akan makin rendah. Karena itu, lanjutnya, sebaiknya PTN dan Ditjen Dikti harus merestrukturisasi program studi di fakultas-fakultas pertanian agar tetap menarik.

Membantah

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Sesditjen Dikti Depdiknas) Suryo Hapsoro Sabtu (2/8) pagi masih saja membantah terjadinya penurunan minat mahasiswa ke pertanian. Dia menegaskan, panitia SNM PTN sampai saat ini masih mengolah data jumlah mahasiswa yang diterima di PTN, termasuk pilihan fakultas yang banyak diminati atau kurang diminati.

Dia mengemukakan, data yang dilansir di beberapa media belum tentu benar. "Lha, datanya saja masih kami olah," katanya.

Ditanyakan, jika nanti hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Fakultas Pertanian kurang diminati calon mahasiswa, Hapsoro mengemukakan, jika benar maka akan ada evaluasi terhadap Fakultas Pertanian. "Tentu Dikti akan mengkajinya. Apa penyebabnya? Apakah perlu diperbaiki kurikulumnya atau lainnya," katanya. [HR/152/ 153/148/W-12/E-5]

Prospek Pertanian Organik di Indonesia

Prospek Pertanian Organik di Indonesia

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan �Back to Nature� telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.

Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.

Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.

Tabel 1. Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002

No. Wilayah Areal Tanam (juta ha)

  1. Australia dan Oceania 7,70
  2. Eropa 4,20
  3. Amerika Latin 3,70
  4. Amerika Utar 1,30
  5. Asia 0,09
  6. Afrika 0,06

Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.

Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik

No. Kategori Komoditi

  1. Tanaman Pangan Padi
  2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
  3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
  4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
  5. Peternakan Susu, telur dan daging

Perinsip Pertanian Organik

Prinsip-prinsip Pertanian Organik

Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhana
dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi
tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik
bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan
keseluruhan aspek pertanian secara global.
Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi
manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilainilai
sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian
luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air,
tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan
dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip
tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan
warisan untuk generasi mendatang.
Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan
segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan
bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM.
Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang
digunakan di seluruh dunia.

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN
ORGANIK
PRAKATA

Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai
dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini harus digunakan
secara menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip etis
yang mengilhami tindakan.
Pertanian organik
didasarkan pada:
Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perlindungan

Pertanian organik harus didasarkan pada
sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara
sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem
ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi
didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan
dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan
tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan,
ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar
organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan
ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi
pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik
harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala
lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan
cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan
bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara,
meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, membangun habitat,
pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang
menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi
produk-produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di
dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air

Pertanian organik harus melestarikan
dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai
satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan
komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;
tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang
dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi
juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial
dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan
diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan,
distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari
yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang
mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan
pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif
makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
KESEHATAN EKOLOGI

Prinsip Prinsip
PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

Pertanian organik harus dikelola secara
hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan
kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan
dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat
internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik
didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi
tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada
perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan
atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab
merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan
dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan
diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat
menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan
ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis
yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional
menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah
terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi
tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan
akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala
keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan
dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya,
melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif
.
Pertanian organik harus membangun
hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan
dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling
menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia
secara bersama, baik antar manusia dan dalam
hubungannya dengan makhluk hidup yang lain.
Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat
dalam pertanian organik harus membangun hubungan
yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi
semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja,
pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik
bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan
pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik
bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan
pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus
dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan
sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk
produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil
secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi
mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi
dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan
biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.